CIMG5729 R

PENGEPRESAN COCPEAT

CIMG5723 R

HASIL SIAP JUAL

PEMROSESAN COCOPEAT

TENTANG  COCOPEAT

Seiring perhatian mata dunia tertuju pada penghijauan bagi keselamatan dunia. Kebutuhan akan tanah subur terus meningkat, tapi timbul kendala saat harus melakukan penghijauan diperkotaan yang tanahnya sudah tidak subur lagi.

Cara yang termudah adalah mengambil tanah produktif dan subur di tempat lain atau hutan yang sebenarnya juga mengganggu kelestarian alam. Dibeberapa negara maju sudah dilarang tanah dari satu wilayah ke wilayah lain, tujuan mencegah wabah dan hama penyakit yang biasa ikut dalam tanah tersebut.

Telah dilakukan riset bahwa serbuk serabut kelapa menjadi salah satu alternatif pengganti media tanam yang bersifat organik dan melimpah bagi negara kepulauan termasuk Indonesia. Keunggulannya bersifat fiber (tahan 10 tahun terurai) dan mampu menyerap dan menyimpan air serta pupuk 8-10 kali, maka bersifat lentur dan gembur, sehingga oksigen dan sinar matahari dengan mudahnya menjangkau di kedalaman, sehingga akar-akar tanaman akan lebih aktif dan produktif.

Cocopeat diperkirakan akan menjadi alternatif dunia bagi peningkatan kesuburan tanah, sebab bila dicampurkan dengan tanah berpasir hasil tanam pun menabjubkan.

Hanya saja unsur hara tanah tidak tersedia dalam cocopeat untuk itu pupuk masih sangat dibutuhkan. Cocok buat pembibitan, perkebunan, pertanian bahkan untuk tanaman anthurium. Kelebihan sekam dan serbuk gergaji meningkatkan sirkulasi udara dan sinar matahari ada pada cocopeat, tapi kelemahanan sekam dan serbuk gergaji bersifat panas dan bertahan hanya 6 bulan saja berbeda dengan cocopeat yang netral dan tahan lama. info lanjutan http://coco.peat.tripod.com

UNTUK MEDIA TALAMPOT ( Tanaman Dalam Pot )

Media ini sangat cocok sekali untuk media Tanaman dalam pot karena   :

  1. Dapat sebagai penyimpan air yang mengandung unsure hara.
  2. Sifat cocopeat senang menampung air dalam pori-porinya. ini menguntungkan karena akan menyimpan pupuk cair yang disiramkan ke tanaman hingga frekwensi pemupukan dapat dikurangi.
  3. Di dalam cocopeat juga terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, berupa kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na) dan Fospor (P).
  4. Apabila kena air media ini mengandung unsur Kalium ( sabut kelapa apabila direndam dalam air dan dibiarkan selama seminggu bisa sebagai pengganti KCL ) MOL Sabut kelapa.
  1. Daya serap air tinggi sehingga hemat air dan nutrisi (pupuktak terbuang).
  2. Menggemburkan tanah dengan pH netral dan ramah lingkungan ( > 10 tahun).
  3. Kadar garam rendah, bebas bakteri dan jamur.
  4. Mampu mengikat bau-bauan di sekitarnya.
  5. Menunjang pertumbuhan akar dengan cepat sehingga baik untuk pembibitan.
  6. Pada budi daya tanaman hydroponik anthrium dianjurkan menggunakan cocopeat.
  7. Cocopeat mengandung Trichoderma molds dapat mengurangi penyakit dalam tanah.
  8. Penggunaan cocopeat untuk tanaman cukup di dasar pot besar setinggi 15cm. Dan siap untuk pembibitan.
  9. Tentu saja, menurut pakar ilmu tanah dari Strathclycle University itu, untuk menjadi media tanam yang bagus, kondisi cocopeat tidak bisa langsung dipakai begitu saja. Pasalnya cocopeat segar umumnya punya nilai pH dan kadar garamnya cukup tinggi.
  10. Menengok Thailand sebagai kibladnya tanaman hias dunia disana sudah puluhan tahun meninggalkan pakis untuk media tanam. Hal serupa juga terjadi di Eropa dan AS. Alasannya untuk menjaga kelestarian alam. Kalau dieksploitasi terus populasi pohon pakis menipis dan hutan jadi rusak yang memicu terjadinya pemanasan global.
  11. Cocopeat punya sifat mampu mengikat bau-bauan disekitarnya. Sehingga cocok ditebar di lantai kandang binatang agar bau kotorannya tidak menyengat. Cocopeat juga bersifat hydrophilic yaitu menyerap air disekitarnya maka perkembangan mutakhir cocopeat dimanfaatkan sebagai filter air biologi dan menyerap tumpahan minyak.
  12. Cocopeat dapat sebagai media pengganti tanah yang aman dan menyehatkan tanaman. Pasalnya sifat cocopeat yang menyimpan air dan banyak pori kaya udara menjadikan pertumbuhan bibit pada taraf germinasi sangat bagus tanah akan selalu gembur sehingga akar baru tumbuh cepat dan lebat. Ujungnya bibit tidak rentan lagi saat dipindah di alam terbuka.
  13. Dalam usaha tanaman hias, sayur dan kulturjaringan bila menggunakan cocopeat maka mampu mendongkrak produksi bibit. Sudah terbukti dengan media cocopeat bibit jadi kuat dan penakarannya lebat.
  14. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan penggunaan cocopeat sebagai media tanam kisaran 10-100% mampu memberikan untung ganda. Pertama tanaman tumbuh maksimal dan sehat. Kedua lebih efsien karena hemat pengairan dan pupuk mampu menyimpan 10 kali lipat.
  15. Foto sebuah cocopeat yang diperbesar. Cocopeat terdiri dari jutaan partikel sehingga jika dicampurkan akan membantu menggemburkan tanah.

Berkebun Organik dengan Cocopeat

Oleh trubus

Senin, April 16, 2007 15:00:36

Lahan seluas 3.000 m2 di Cibodas, Lembang, Bandung, itu digali hingga kedalaman 30 cm. Setelah itu, bertruk-truk serasah diangkut dari hutan-hutan di sekitar Lembang untuk menimbun galian. Bahan organik itu untuk menggantikan tanah yang sarat residu pupuk kimia. Untuk ‘memurnikan’ lahan, Ina Reno Panggabean, sang pemilik, merogoh kocek hingga puluhan juta rupiah.

Itulah yang ditempuh Ina saat memulai berkebun organik pada 2003. Namun, bagi Sunandi Kertawijaya, pekebun di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, berkebun organik tak sesulit seperti yang dilakukan Ina. Ia menanam sayuran bukan di lahan yang tercemar pupuk kimia, melainkan pada media serbuk sabut kelapa alias cocopeat. Media itu dikemas plastik putih berbentuk kotak berukuran 15 cm x 15 cm x 55 cm.

Sayuran seperti tomat, brokoli, pakcoy, kailan, dan seledri ditanam pada lubang berdiameter 6 cm di permukaan media. Di masing-masing media terdapat 3 lubang tanam. Jarak antarlubang 10 cm. Media diletakkan pada 40 rak bambu 2 tingkat berukuran 600 cm x 65 cm x 400 cm. Rak-rak itu ditata menjadi 8 baris di lahan seluas 750 m2.

Praktis

Menurut pengalaman Sunandi, membudidayakan sayuran pada media cocopeat sangat praktis. ‘Pekebun tinggal tanam,’ kata pria kelahiran Subang itu. Benih sayuran yang akan ditanam disemai dahulu pada campuran media tanah dan kompos. Sepuluh hari setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam polibag mini berdiameter 3 cm yang terbuat dari daun pisang. Setelah memunculkan 3-4 daun, tanaman dipindahkan ke media cocopeat yang telah diberi larutan pupuk kandang berdosis 1:10.

Pemeliharaan tanaman pun mudah. Sunandi memberikan pupuk organik berupa butiran yang dilarutkan dalam air berdosis 1:10. ‘Pupuk yang saya gunakan adalah pupuk majemuk,’ katanya. Interval pemupukan sekali sepekan. Untuk tambahan nutrisi, Sunandi juga menambahkan urine sapi, kambing, kelinci, atau marmut, yang telah difermentasi berdosis sama. Pupuk diberikan melalui corong botol plastik bekas air minum mineral.

Hasilnya, dari kebun berketinggian 1.000-1.200 m dpl itu Sunandi menuai rata-rata 60-75 kg sayuran organik setiap pekan. Sayuran organik dijual kepada pelanggan di Jakarta dengan harga bervariasi antara Rp15.000-Rp30.000 per kg. Dari perniagaan sayuran organik, Sunandi mengutip laba setidaknya Rp5-juta per bulan.

Menyerap air

Di tanahair, penggunaan cocopeat untuk menanam sayuran masih tergolong langka. Cocopeat lazim digunakan para pekebun tanaman hias. Sunandi sengaja memilih cocopeat sebagai media tanam lantaran memiliki beberapa kelebihan. Media diproduksi di sebuah pabrik di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Sebelum diolah, sabut kelapa direndam selama 6 bulan untuk menghilangkan senyawa-senyawa kimia yang dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa itu dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Setelah dikeringkan, sabut kelapa itu dimasukkan ke dalam mesin untuk memisahkan serat dan jaringan empulur.

Residu dari pemisahan itulah yang kemudian dicetak membentuk kotak. Media dicetak dengan tingkat kerapatan rongga kapiler sehingga dapat menyimpan oksigen sampai 50%. Itu lebih tinggi ketimbang kemampuan menyimpan oksigen pada tanah yang hanya 2-3%. Ketersediaan oksigen pada media tanam dibutuhkan untuk pertumbuhan akar.

Hasil penelitian Dr Geoff Creswell, dari Creswell Horticultural Service, Australia, media tanam cocopeat sanggup menahan air hingga 73%. Dari 41 ml air yang dialirkan melewati lapisan cocopeat, yang terbuang hanya 11 ml. Jumlah itu jauh lebih tinggi daripada sphagnum moss yang hanya 41%. Secara umum, derajat keasaman media cocopeat 5,8-6. Menurut Joko Pramono, pengguna cocopeat di Semarang, Jawa Tengah, pada kondisi itu tanaman optimal menyerap unsur hara. Derajat keasaman ideal yang diperlukan tanaman 5,5-6,5.

Karena kemampuan cocopeat menahan air cukup tinggi, hindari pemberian air berlebih. ‘Pada beberapa jenis tanaman, media terlalu lembap dapat menyebabkan busuk akar,’ kata Joko. Oleh sebab itu, ia mencampur cocopeat dengan bahan lain yang daya ikat airnya tidak begitu tinggi seperti pasir atau arang sekam. Creswell menyarankan, air diberikan sedikit demi sedikit tetapi kontinu seperti dengan cara irigasi tetes atau pengabutan.

Bagi Sunandi, perangkat irigasi semacam itu tergolong mahal. Oleh sebab itulah Sunandi menyederhanakannya dengan menerapkan sistem infus. Air diberikan melalui corong yang terbuat dari botol plastik bekas kemasan air mineral 500 ml. Saat kemarau, corong-corong itu diisi masing-masing 250 ml air setiap hari. Bila musim hujan, air diberikan 3 hari sekali.

Selain mencegah media terlalu lembap, pengairan minimal juga berfaedah merangsang pertumbuhan akar. ‘Akar menjadi lebih aktif mencari sumber air dan nutrisi,’ kata Sunandi. Dengan begitu, daya jangkau akar semakin luas. Kemampuan akar menyerap nutrisi pun semakin tinggi.

Cocopeat mampu meredam perbedaan suhu antara siang dan malam yang terlalu tinggi. ‘Media berbahan organik menyerap udara panas di siang hari dan melepasnya di malam hari secara perlahan. Oleh sebab itu, suhu media cenderung stabil,’ kata Joko. Stabilitas suhu media sangat penting untuk menjaga aktivitas mikroorganisme. ‘Mikroorganisme membutuhkan suhu 25- 30oC agar dapat bekerja aktif,’ kata Sunandi.

Hati-hati

Joko mewanti-wanti, ‘Tak seluruhnya cocopeat yang ada di pasaran berkualitas baik,’ kata Master Agronomi alumnus Universitas Gadjah Mada itu. Ia seringkali menemui beberapa penjual yang menjajakan cocopeat tanpa pengolahan yang benar.

Menurut Kevin Handreck dalam bukunya Growing Media, kandungan klor pada cocopeat cenderung tinggi. Bila klor bereaksi dengan air, ia akan membentuk asam klorida. Akibatnya, kondisi media menjadi asam. Sedangkan tanaman umumnya menghendaki kondisi netral. Sydney Environmental and Soil Laboratory, Australia, mensyaratkan kadar klor pada cocopeat tidak boleh lebih dari 200 mg/l. Oleh sebab itu, pencucian bahan baku cocopeat sangat penting.

Sekadar berjaga-jaga, setiap kali membeli cocopeat, Yopie-sapaan Joko Pramono-merendamnya hingga tiga hari. Air rendaman diganti setiap hari. ‘Saya khawatir masih mengandung tanin atau zat-zat racun lainnya,’ kata pria yang kini sedang menempuh gelar doktor di UGM itu. Membeli cocopeat hasil pabrikan lebih terjamin. Produsen biasanya mencantumkan spesifikasi produk seperti porositas, kelembapan, water hold capacity (WHC), derajat keasaman (pH), electric conductivity (EC), indeks kadar racun, kandungan mineral, dan cara penggunaannya pada kemasan atau brosur.

Mahal Sayang, harga media cocopeat siap pakai cukup tinggi, Rp10.000 per kotak. Untuk mengisi 40 rak, Sunandi membutuhkan setidaknya 2.880 kotak cocopeat. Total investasi untuk membeli media Rp28,8-juta. Belum lagi investasi untuk sewa lahan dan biaya pembuatan rak yang mencapai jutaan rupiah. Pantas bila Sunandi mematok harga jual cukup tinggi untuk komoditas sayuran miliknya.

Menurut hitung-hitungan Sunandi, biaya investasi pembelian media sebetulnya tergolong murah. ‘Bila menggunakan pupuk organik, semakin lama media itu dipakai, kualitasnya semakin baik,’ ujar Sunandi. Jumlah mikroorganisme pada media semakin tinggi. Jadi, media tak pelu sering diganti. Bila perkiraan Sunandi itu benar, biaya penyusutan akan semakin rendah. Tertarik berkebun organik? Media tanam cocopeat dapat menjadi alternatif. (Imam Wiguna)

CARA MEMBUAT COCOPIT.

Mudah Membuat Cocopeat Blok

Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut). (http://www.e-smartschool.com/) setiap memproduksi serat sabut sebanyak 1 ton bersamaan dengan itu dihasilkan 1,8 cocopeat. Harga cocopeat Rp. 400,-/kg.(harga agustus 2009)

Sabut kelapa merupakan bagian terluar buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa. Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar (exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Endocarpium mengandung serat-serat halus yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat tali, karung, pulp, karpet, sikat, keset, isolator panas dan suara, filter, bahan pengisi jok kursi/mobil dan papan hardboard. Satu butir buah kelapa menghasilkan 0,4 kg sabut yang mengandung 30% serat. Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potasium (Rindengan et al., 1995)

Produk primer dari pengolahan sabut kelapa terdiri atas serat (serat panjang), bristle (serat halus dan pendek), dan debu abut. Serat dapat diproses menjadi serat berkaret, matras, geotextile, karpet, dan produk-produk kerajinan/industri rumah tangga. Matras dan serat berkaret banyak digunakan dalam industri jok, kasur, dan pelapis panas. Debu sabut dapat diproses jadi kompos dan cocopeat, dan particle board/hardboard.Cocopeat digunakan sebagai substitusi gambut alam untuk industri bunga dan pelapis lapangan golf. Di samping itu, bersama bristle dapat diolah menjadi hardboard (Nur et al., 2003; Allorerung etal., 1998).

Pemanfaatan sabut kelapa yang tidak kalah menarik adalah sebagai coco peat yaitu sabut kelapa yang diolah menjadi butiran-butiran gabus sabut kelapa. Coco peat dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk serta dapat menetralkan keasaman tanah. Karena sifat tersebut, sehingga coco peat dapat digunakan sebagai media yang baik untuk pertumbuhan tanaman hortikultura dan media tanaman rumah kaca. (http://www.chem-is-try.org/)

Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Sebelum diolah, sabut kelapa direndam selama 6 bulan untuk menghilangkan senyawa-senyawa kimia yang dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa itu dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Setelah dikeringkan, sabut kelapa itu dimasukkan ke dalam mesin untuk memisahkan serat dan jaringan empulur. Residu dari pemisahan itulah yang kemudian dicetak membentuk kotak. Media dicetak dengan tingkat kerapatan rongga kapiler sehingga dapat menyimpan oksigen sampai 50%. Itu lebih tinggi ketimbang kemampuan menyimpan oksigen pada tanah yang hanya 2-3%. Ketersediaan oksigen pada media tanam dibutuhkan untuk pertumbuhan akar. Hasil penelitian Dr Geoff Creswell, dari Creswell Horticultural Service, Australia, media tanam cocopeat sanggup menahan air hingga 73%. Dari 41 ml air yang dialirkan melewati lapisan cocopeat, yang terbuang hanya 11 ml. Jumlah itu jauh lebih tinggi daripada sphagnum moss yang hanya 41%. Secara umum, derajat keasaman media cocopeat 5,8-6. Menurut Joko Pramono, pengguna cocopeat di Semarang, Jawa Tengah, pada kondisi itu tanaman optimal menyerap unsur hara. Derajat keasaman ideal yang diperlukan tanaman 5,5-6,5. Karena kemampuan cocopeat menahan air cukup tinggi, hindari pemberian air berlebih. ‘Pada beberapa jenis tanaman, media terlalu lembap dapat menyebabkan busuk akar,’ kata Joko. Oleh sebab itu, ia mencampur cocopeat dengan bahan lain yang daya ikat airnya tidak begitu tinggi seperti pasir atau arang sekam. Creswell menyarankan, air diberikan sedikit demi sedikit tetapi kontinu seperti dengan cara irigasi tetes atau pengabutan. Menurut Kevin Handreck dalam bukunya Growing Media, kandungan klor pada cocopeat cenderung tinggi. Bila klor bereaksi dengan air, ia akan membentuk asam klorida. Akibatnya, kondisi media menjadi asam. Sedangkan tanaman umumnya menghendaki kondisi netral. Sydney Environmental and Soil Laboratory, Australia, mensyaratkan kadar klor pada cocopeat tidak boleh lebih dari 200 mg/l. Oleh sebab itu, pencucian bahan baku cocopeat sangat penting. Sekadar berjaga-jaga, setiap kali membeli cocopeat, Yopie-sapaan Joko Pramono-merendamnya hingga tiga hari. Air rendaman diganti setiap hari. ‘Saya khawatir masih mengandung tanin atau zat-zat racun lainnya,’ kata pria yang kini sedang menempuh gelar doktor di UGM itu. Membeli cocopeat hasil pabrikan lebih terjamin. Produsen biasanya mencantumkan spesifikasi produk seperti porositas, kelembapan, water hold capacity (WHC), derajat keasaman (pH), electric conductivity (EC), indeks kadar racun, kandungan mineral, dan cara penggunaannya pada kemasan atau brosur.( http://www.trubus-online.co.id/)

Cocopeat diperkirakan akan menjadi alternatif dunia bagi peningkatan kesuburan tanah, sebab bila dicampurkan dengan tanah berpasir hasil tanam pun menabjubkan. Hanya saja unsur hara tanah tidak tersedia dalam cocopeat untuk itu pupuk masih sangat dibutuhkan. Cocok buat pembibitan, perkebunan, pertanian bahkan untuk tanaman anthurium. Kelebihan sekam dan serbuk gergaji meningkatkan sirkulasi udara dan sinar matahari ada pada cocopeat, tapi kelemahanan sekam dan serbuk gergaji bersifat panas dan bertahan hanya 6 bulan saja berbeda dengan cocopeat yang netral dan tahan lama. info lanjutan http://coco.peat.tripod.com/.

Kekurangan cocopeat adalah banyak mengandung zat Tanin. Zat Tanin diketahui sebagai zat yang menghambat pertumbuhan tanaman. Untuk menghilangkan zat Tanin yang berlebihan, maka bisa dilakukan dengan cara merendam cocopeat di dalam air bersih selama beberapa jam, lalu diaduk sampai air berbusa putih. Selanjutnya buang air dan diganti dengan air bersih yang baru. Demikian dilakukan beberapa kali sampai busa tidak keluar lagi.(http://emirgarden.blogspot.com/)

Sebagai penutup: Cocopeat merupakan serabut kelapa yang sudah disterilisasi . Cocopeat bersifat menyimpan air. Dengan menggunakan cocopeat penyiraman dapat dilakukan dengan lebih jarang. Penyiraman dilakukan setelah media kering.Perlakuan cocopeat sebelum digunakan sebagai media tanam untuk anggrek.Serabut kelapa mengandung zat tanin, atau zat anti gizi. Adanya zat tanin ditandai dengan keluarnya warna merah bata saat serabut kelapa direndam dalam air. Sebelum digunakan rendam selama sehari atau direbus terlebih dahulu sampai warna merah yang keluar benar-benar berkurang.(http://iswaraorchid.wordpress.com/)

Silahkan KLIK:

http://thewaste-gold.blogster.com/prospek-pengolahan-hasil-samping-buah-kelapa

Cocopeat (Serbuk Sabu Kelapa) Balok Ukuran skala rumah tangga

Cocopeat adalah serbuk halus sabut kelapa yang dihasilkan dari proses penghancuran sabut kelapa. Dalam proses penghancuran sabut dihasilkan serat yang lebih dikenal fiber, serta serbuk halus sabut yang dikenal cocopeat. Serbuk tersebut sangat bagus digunakan sebagai media tanam karena dapat menyerap air dan menggemburkan tanah. Selain itu cocopea juga bias digunakan sebagai media ternak cacing, bahan baku panel untuk furniture, dan bahan baker pembuatan batu bata.

Cara Membuat Cocokpeat :

Bahan :

Serbuk Sabut Kelapa 5,5 kg.

Alat :

• Mesin Pengayak

• Mesin Pengepres

Cara Membuatnya :

Terlebih dahulu jemur bahan baku yang masih berupa serbuk sabut kelapa mentah selama 1 hari atau sampai kadar air dibawah 15%. Karena tanpa alat ukuran kelembaban (Hydrometer), maka bias dipastikan secara manual, misalnya sekian cocopeat yang ditempatkan dalam suatu wadah, jika bobotnya lebih dari 1 kg, maka dipastikan belum mencapai kadar air dibawah 15%.

Jika kadar air serbuk sudah dibawah angka 15%, lanjutkan dengan tahap pengayakan. Hasil pengayakan disebut dengan “dust”.

Sisa pengayakan berupa serbuk kasar dipisahkan dari yang halus “dust” dan bias langsung dijual untuk bahan baker pembuatan batu bata atau papan serbuk.

Dust kemudian di press dengan mesin pengepress.

Jadilah cocopeat balok. Kemas dengan plastic transparan dan karung. Cocopeat balok siap dijual.

Tinggalkan komentar